Senin, 19 Desember 2011

HiDupQu

Tak selalu ku mengerti dengan kehidupan sekarang ini,aku bingun dengan keadaan  hidupku yang sekarang,yang selalu terasa hampa dan membosankan yang tak bisa di kendalikan lagi.Walaupun semua orang tahu hidup ini tak selamanya sendiri,tak selamanya bosan,tak selamanya indah,senang dan bahagia.Tapi,aku menjalani hidup ini dengan penuh kelelahan,namun,aku tak kunjung berhenti untuk menjalani hidup ini.Aku akan selalu berusaha membuat diriku menjadi yang terbaik dan selalu baik di mata Allah aza wajalla dan makhluknya.Allahlah yang memegang dari segala program dunia ini.Jadi,tak ada yang bisa berkuasa di dunia ini.meskipun dia dikatakan orang sempurna.tapi,sempurna itu,hanya sedikit,di ibarat sekecil biji zarah dari kesempurnaan ALlah.
Aku sekarang menginkan keindahan,ketenangan dan kebahagian dalam hidup ini dan ketulus cintanya Allah padaku dan cintaku padanya.Allah,engkaulah segalanya bagi ku,tak ada yang sempurna hidup di dunia ini kecuali engkaulah yang maha sempurna.:'(
(ComFuSed)

Jumat, 02 Desember 2011

KiSah KeluArga TiKus

ini bukan tentang keluarga stuart litle,ini tentang sebuah    keluarga tikus ddengan delapan anaknya yang masih belajar mencari makanan.Kebetulan ini adalagh keluargta tikus rumahan,yang mencari makanan dari sisa2 makanan manusia.Ada dua anak tikus sibelang dan siputih menemukan sepotong keju.Namun,ada pertanyaan besar bagi kedua anak tikus tersebut sehingga mereka ragu mengambil keju tersebut.

Apa yang membuat mereka ragu..? Sebab keju tersebut tidak diletakkan di lemari. Padahal mereka biasa mencuri dari lemari.
“Jangan-jangan, keju itu busuk dan dibuang,” kata si putih.
“Tidak, meski dari kejauhan saya mencium kalau keju itu masih segar. Pasti enak, kata si belang.
“Tapi warnanya kusam,” bantah si putih.
“Bukan warna yang menentukan, tetapi aromanya,” kata si belang.
“Ya sudah, kita ambil saja!” kata si putih.
“Boleh, tapi ukurannya kecil. Paling, cukup untuk kita berdua,” kata si belang.
“Bukankah kata ayah, kita harus berbagi. Kita masih punya 6 saudara,” kata si putih.
“Tapi percuma dibagi-bagi, nanti kebahagian sedikit,” kata si belang.
“Cukuplah, tidak kecil-kecil banget. Kita semua bisa kenyang,” kata si putih.
“Iya sih, kalau untuk sekali makan akan kenyang. Tapi untuk tiga kali, terasa kurang,” kata si belang. Ternyata ayah mereka mendengar pembicaraan kedua anaknya ini.
“Anak-anakku, apa yang kalian bicarakan adalah benar. Tetapi tidak benar seutuhnya,” sela ayahnya.
“Apa maksud ayah?” tanya si putih.
“kalian terlalu terfokus kepada keju. Kalian harus melihat masalah denban pandangan yang lain. Ini menyangkut hidup mati kalian,” jelas ayahnya. Tapi kedua anaknya yang belum pengalaman jelas heran dan merasa kebingungan.
“Saya tidak mengerti ayah,” kata si belang mengernyitkan dahinya.
“Oke tunjukkan di mana kalian menemukan keju tersebut,” kata ayahnya. Kedua anak tikus itu mengantar ayahnya menujuletak keju.
“Apa yang kalian lihat?” tanya ayahnya menguji pandangan anak-anaknya.
“Keju, ayah!” jawab mereka serempak.
“Coba lihat lagi!” kata ayahnya sambil tersenyum. Kedua anaknya memperhatikan keju dengan seksama, tetapi mereka tetap bingung karena tidak ada yang aneh. Melihat anaknya kebingungan, ayah mengajak naik ke sebuah meja.
“Nah, sekarang lihat diatas meja ini. Apa yang klian lihat?” tnya ayahnya.
“Saya melihat sebuah alat dimana ada keju didalamnya,” jawab si putih.
“Oh iya, baru terlihat sekarang,” lanjut si belang. “Alat apa itu ayah,” tanya si belang.
“itu adalah pertanyaan yang bagus. Kalian sudah tidak terfokus pada keju lagi, tetapi pada sistem yang lebih besar. Pertanyaan kalian ini akan menyelamatkan hidup kalian. Alat itu adalah perangkap. Jika kalian mengambil keju, ada senjata yang akan membunuh kalian,” jelas ayahnya.
Teang saja kedua anak tikus itu terperanjat. Kaget bukan main. Tidak terpikirkan sebelumnya. Mereka hanya terfokus pada keju.
“Jika kalian melihat secara utuh,pertanyaan kalian akan benar dan akan menyelamatkan kalian. Jangan fokus pada pandangan sempit dan mengambil keputusan dari pandangan tersebut. Dari perbedaan cara pandang ini, bisa menentukan hidup matinya kalian,” jelas ayahnya dengantatapan kasih kepada kedua anaknya.


Jika setitik iman terang namun kembali terlelap



Ada sebuah hal besar dalam hidup kita. Ketika awalnya kita jauh dari agama, keyakinan dan iman. Apapun bentuknya. Jikalau ada, seseorang hamba membutuhkan penjelasan tentang cara bagaimana, apakah ini? apakah harus seperti ini atau itu? lalu bagaimana itu terjadi?
Ketika seseorang hamba yang sangat kehausan akan keingintahuan tentang agama, keyakinan, juga iman, pada seseorang yang dirasa dan dipikir mengerti lebih pintar daripada dia, sekedar hanya untuk menjelaskan. Apakah yang kutulis ini sudah benar? Apakah yang kupikir ini juga sudah benar adanya? Apakah aku bisa membuat ini jauh lebih baik dan berharga?
Ketika ia membutuhkan bantuan dari yang merasa pintar dan menguasai ilmu-ilmu keagamaan dan sejarah itu sendiri. Saat ia benar-benar mencari bantuan, mencari tahu sebab ia takut tersalah jika ia menuliskan dengan atau tanpa keyakinan yang mantap. Maka, goyahkah keyakinan itu?
Beberapa dari mereka yang kutanya untuk sekedar berkata, "Apa yang harus kulakukan?"
Mereka menjawab, "Kerjakanlah.", dan ketika aku bertanya, "Tapi aku tidak begitu paham bagaimana." ,mereka pun menjawab, "Lihatlah buku-buku yang ada.". ketika aku bertanya lagi, "Tapi bagaimana jika aku tidak tahu tentang sesuatu hal yang tak kutahu?", mereka menjawab, "Tulislah saja.",. kemudian aku bertanya, "Bagaimana aku menulisnya jika tidak begitu paham?", mereka menjawab, "Seperti apa yang kau baca."
Dan cerita tak bisa berkembang. Benar-benar mati. Ketika akhirnya aku berpikir, "Baiklah, aku akan menulisnya. nanti setelah selesai, tinggal mengoreksi dan minta bantuan temanku yang pintar agama."
Ketika aku berusaha mencari nomor kontak teman yang pintar agama itu, bertemulah aku dengan satu teman lana dan aku meminta info agar diberi nomor ponsel temanku yang pintar agama itu. dari telepon, berkirim SMS berkali-kali, tak juga mendapat balasan. aku bertanya lagi lewat pesan, "Bisa kau beri aku nomor orang yang pintar agama?"
tak juga ada balasan. sama sekali. aku tak menyerah. kembali aku bertanya dengan mereka yang setahuku tahu tentang agama. "Ternyata harus dibeginikan." tapi mereka acuh, sebab sibuk dengan pekerjaannya sendiri. padahal, aku sangat membutuhkan pengetahuan dan keyakinan, tentang agama itu.
kemudian aku berhenti. diam, merenung. "Kenapa semua orang tak peduli jika ditanyai tentang agama, ketika ada yang benar-benar ingin tahu dan membutuhkan penjelasan agar menjadi yakin."
jika mereka sibuk dengan pekerjaannya sendiri dan tak menghiraukan seseorang yang meminta bantuannya sekedar menjelaskan "Apa kau tahu?", apakah mereka tidak bisa menjawab dengan jawaban lebih baik?, "Ya, aku tidak tahu banyak mengenai itu." apakah mereka malu hanya untuk menjawab bahwa sebenarnya mereka pula tidak tahu?
lalu, apa yang dapat kujadikan keyakinan dari mereka? yang kupikir paham dan mengerti? jika semua yang kuharap dapat memberikan jawaban. ternyata tak peduli, tak ambil pusing, peduli amat. lalu, dimanakah arti sebenarnya agama kita?
jika setitik iman kembali terang, namun setitik kemudian kembali terlelap. tatkala ia tak mendapatkan jawaban yang pasti. Apakah salah jika tergoyahkan? jikalau begini..., janganlah pernah berkata padaku, kau ahli agama.
pekanbaru,01desember 2011